BeritaHarian24

Kumpulan Berita Harian Terbaru

News

Kebocoran Data Pajak Jokowi Dan Pejabat Tinggi Lainnya

Kebocoran Data Pajak Jokowi Dan Pejabat Tinggi Lainnya
Kebocoran Data Pajak Jokowi Dan Pejabat Tinggi Lainnya

Kebocoran Data Pajak Kembali Mengguncang Indonesia Dan Pelanggaran Serius Ini Erat Kaitannya Dengan Hacker Anonim Bernama Bjorka. Yang mana, hacker tersebut di laporkan berhasil meretas sistem Direktorat Jenderal Pajak dan mencuri 6,6 juta data NPWP. Aksi ini di kabarkan telah membahayakan data milik berbagai tokoh penting negara, termasuk Presiden Joko Widodo dan keluarganya. Melalui aksinya, Bjorka di klaim berhasil memperoleh data sebesar 2GB yang berisi informasi penting yang sangat sensitif. Kebocoran Data yang ia peroleh tersebut di jual di Breach Forum dengan harga Rp 153 juta atau 10 ribu USD. Sebagai bentuk pembuktian, Bjorka bahkan membagikan sampel data yang di curinya. Kebocoran data yang kembali terjadi ini tentu menambah kekhawatiran publik terkait keamanan data negara yang seharusnya terlindungi dengan ketat. Tidak hanya kebocoran data Presiden Jokowi dan keluarganya, namun juga Menkominfo Budi Arie Setiadi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga turut bocor. 

Kebocoran data ini langsung memunculkan keresahan di tengah masyarakat. Hal ini mengingat data NPWP menyimpan informasi yang sangat sensitif. Sehingga, jika jatuh ke tangan yang salah, maka informasi tersebut berpotensi di manfaatkan untuk berbagai kejahatan siber yang dapat merugikan banyak pihak. Kasus kebocoran ini tentunya merupakan ancaman serius terhadap keamanan sistem perlindungan data di Indonesia. Serta, ini menimbulkan pertanyaan besar terkait langkah-langkah yang telah di ambil untuk menjaga kerahasiaan data tersebut. Karena kebocoran tersebut, serta mengingat pentingnya data NPWP bagi kehidupan masyarakat, pemerintah segera di minta untuk bertindak cepat dalam mengatasi masalah ini.

Selanjutnya, menanggapi hal tersebut Presiden Jokowi dengan segera memberikan intruksi untuk melakukan penyelidikan mendalam dan mencari langkah mitigasi yang tepat guna. Di hadapan media, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa pihak Kementerian Keuangan, BSSN dan Kemkominfo telah mendapat perintah. Yang mana, perintah tersebut untuk secepat mungkin melakukan investigasi dan mitigasi terhadap peristiwa tersebut. 

Telah Melakukan Penelitian Awal Terkait Kebocoran Data

Sri Mulyani mengutarakan bahwa dirinya telah meminta DJP untuk segera melakukan penyelidikan secara mendalam terkait dugaan kebocoran ini. Serta, mencari tahu bagaimana pelanggaran tersebut bisa terjadi. Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat DJP juga menyampaikan bahwa pihaknya melalui tim teknis Telah Melakukan Penelitian Awal Terkait Kebocoran Data tersebut. Hasil sementara menunjukkan bahwa belum ada bukti yang menunjukkan kebocoran langsung dari sistem informasi yang mereka kelola. Meski begitu, penyelidikan terus di lakukan untuk memastikan sistem keamanan tetap terjaga. Keamanan dari kebocoran data, terutama yang menyangkut informasi pribadi penting seperti NPWP adalah isu yang sangat krusial di era digital ini. Kasus ini harus menjadi momentum bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem keamanan siber agar peristiwa serupa tidak terulang di masa mendatang. Selanjutnya, dengan adanya penyelidikan lebih lanjut di harapkan akan ditemukan solusi untuk mencegah kebobolan data lainnya. Serta, memperkuat perlindungan informasi di Indonesia.

Dalam perkembangan terbaru kasus dugaan kebocoran data NPWP yang mengguncang Indonesia.DJP memberikan klarifikasi lebih lanjut terkait tuduhan yang berkembang. Yang mana, berdasarkan hasil penelusuran data log akses selama enam tahun terakhir, DJP menyatakan bahwa tidak di temukan indikasi yang mengarah pada kebocoran langsung. Pernyataan tersebut di sampaikan oleh Dwi Astuti melalui siaran pers pada Jumat, 20 September 2024. Ia menambahkan bahwa struktur data yang tersebar tidak terkait langsung dengan data yang berhubungan dengan hak dan kewajiban perpajakan dari wajib pajak. Dalam merespons dugaan ini, DJP telah berkoordinasi dengan berbagai pihak yang berwenang. Kolaborasi ini di lakukan untuk menindaklanjuti dugaan kebocoran data tersebut demi memastikan langkah-langkah pencegahan dan penyelidikan di lakukan secara menyeluruh.

Terkait insiden ini, muncul spekulasi tentang apa yang menjadi penyebab kebobolan ini. Presiden Jokowi memberikan pandangannya dengan menyebutkan bahwa kebocoran data serupa tidak hanya terjadi di Indonesia. Ia mengindikasikan bahwa faktor kesalahan manusia bisa menjadi salah satu penyebab kebocoran data. 

Data Yang Tersebar Mengandung Informasi Penting Yang Mengkhawatirkan

Presiden Jokowi menekankan bahwa penyimpanan data di berbagai tempat yang terpisah dan beragam juga berpotensi membuka celah bagi para peretas. Pernyataan ini seakan menegaskan bahwa faktor internal, termasuk kelalaian dalam pengelolaan data, dapat menjadi faktor yang berkontribusi. Selain itu, pakar keamanan siber sekaligus Direktur CISSReC, Pratama Persadha turut memberikan pandangannya mengenai kasus kebocoran data ini. Menurutnya, hasil penelusuran awal yang di lakukan menunjukkan bahwa ada kemungkinan besar data yang bocor berasal dari DJP atau Menkeu. Pakar lain di bidang keamanan siber, Alfons Tanujaya juga menyatakan pendapat serupa. Menurutnya, berdasarkan analisis tersebut, besar kemungkinan bahwa informasi tersebut memang berasal dari sistem pajak. Alfons menambahkan bahwa Data Yang Tersebar Mengandung Informasi Penting Yang Mengkhawatirkan. Hal ini di karenakan berkaitan langsung dengan NPWP serta status wajib pajak, baik itu besar maupun kecil.

Namun, hingga saat ini masih terdapat keraguan mengenai pelaku di balik peretasan tersebut. Persadha menyatakan bahwa belum ada kepastian apakah pelaku di balik kebocoran data ini sebenarnya adalah Bjorka. Ia juga mengungkapkan bahwa akun yang di gunakan untuk mempublikasikan data kali ini baru di buat dan hanya memiliki sedikit unggahan. Hal ini menimbulkan keraguan terhadap keaslian identitas pelaku. 

Kasus kebocoran ini mengingatkan kembali tentang pentingnya keamanan data di era digital. Kebocoran data, terutama data yang sangat sensitif seperti NPWP merupakan ancaman serius bagi privasi dan keamanan masyarakat. Dengan memperkuat sistem keamanan agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Serangan siber yang terjadi baru-baru ini berpotensi merusak kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah. Terutama dalam menjaga kerahasiaan dan privasi data warganya. Persadha menggarisbawahi bahwa kebobolan data ini harus di tanggapi dengan sangat serius oleh pemerintah. Menurutnya, upaya perlindungan bukan hanya perlu di fokuskan pada data pejabat negara. Namun juga pada perlindungan data masyarakat luas untuk mencegah terjadinya hal yang lebih besar di masa mendatang.

Pentingnya Pengamanan Data Di Kantor Pajak

Alfons Tanujaya, pakar lain di bidang keamanan siber juga menyoroti betapa Pentingnya Pengamanan Data Di Kantor Pajak. Hal ini mengingat kebocoran yang terjadi melibatkan figur publik. Terkait peristiwa ini, Alfons menyarankan agar masyarakat Indonesia mulai menyadari bahwa kemungkinan data mereka, termasuk NPWP, sudah mengalami kebocoran. Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat lebih waspada terhadap potensi penyalahgunaan data oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Salah satu modus yang mungkin di gunakan adalah berpura-pura sebagai petugas pajak. Alfons memperingatkan bahwa para penipu mungkin akan menghubungi wajib pajak dengan dalih bahwa ada tunggakan yang harus segera di lunasi. Menurut Alfons, walaupun penipu tersebut mungkin memiliki banyak data. Namun masyarakat tetap harus skeptis dan tidak langsung mempercayai informasi yang di sampaikan. Bahkan, jika perlu masyarakat di sarankan untuk mendatangi kantor pajak secara langsung guna melakukan verifikasi.

Di era digital ini, keamanan siber menjadi fondasi yang sangat krusial untuk menjaga stabilitas pemerintahan modern. Kasus peretasan hingga kebocoran data yang di duga di lakukan oleh Bjorka ini menunjukkan bahwa ancaman siber tidak boleh di anggap remeh. Insiden tersebut memunculkan banyak pertanyaan tentang kesiapan Indonesia dalam menghadapi tantangan keamanan siber di masa depan. Pemerintah harus terus berupaya memperbaiki sistem keamanan agar tidak lagi mengalami Kebocoran Data.