Penampilan Marselino Ferdinan Buat Shin Tae Yong Kesal
Penampilan Marselino Ferdinan Di Laga Melawan Laos Pada Piala AFF
Komoditas Minerba Dengan Hasil Tambang Seperti Nikel, Timah, Dan Batu Bara Yang Berharga Harus Berada Di Bawah Kendali Pemerintah Indonesia. Hal yang di maksud terkait di bawah kendali pemerintah ialah tentnag penetapan nilai atau harga dari komoditas minerba tersebut. Yang mana, hal ini di sampaikan oleh Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. Ia menegaskan bahwa penetapan harga komoditas tambang strategis harus berada di bawah kendali Pemerintah Indonesia. Yang mana, keinginan ini muncul sebagai respons atas fakta bahwa selama ini harga komoditas tambang minerba di atur oleh negara asing. Hal ini, secara historis telah menguasai pasar komoditas tersebut. Saat pertama kali menjabat sebagai Menteri ESDM, Bahlil mempertanyakan mengapa Indonesia yang memiliki kekayaan alam melimpah dalam bentuk sumber daya tambang. Justri tidak memiliki kendali atas harga komoditas minerba sendiri. Hal ini yang membuat Ia mengakui bahwa dominasi asing dalam penentuan harga ini adalah hal yang ingin ia ubah.
Indonesia seharusnya memiliki peran lebih besar dalam menentukan harga internasional untuk komoditas minerba tersebut. Hal ini mengingat Indonesia sebagai salah satu pemasok batu bara terbesar di dunia. Serta, negara ini turut menjadi penghasil nikel dan timah dengan cadangan yang melimpah. Menteri ESDM berpendapat bahwa Indonesia harus mengambil langkah untuk menjadi penentu utama harga komoditas minerba di masa depan. Menurut Bahlil, penetapan harga tidak boleh lagi bergantung pada negara lain. Serta, Indonesia harus memiliki kendali penuh atas kebijakan harga yang di terapkan di sektor pertambangan nasional. Lebih lanjut, Bahlil menekankan bahwa arah kebijakan ini tidak hanya penting bagi pemerintah. Ia juga mengatakan bahwa Indonesia harus mandiri dalam menentukan arah kebijakan ekonominya. Yang mana, dengan tidak membiarkan negara lain yang mengatur penentuan harga komoditas strategis seperti minerba. Bahlil juga menyatakan bahwa meskipun saat ini kondisi sektor pertambangan Indonesia sudah cukup baik. Sehingga, ada ruang untuk perbaikan yang lebih besar.
Di perlukan kesadaran kolektif serta langkah bertahap dalam memperbaiki pengelolaan sumber daya alam. Pernyataan tersebut sejalan dengan Visi Indonesia Yang Ingin Menjadi Penentu Harga Komoditas Minerba Di Tingkat Internasional. MIND ID atau PT Mineral Industri Indonesia sebagai holding BUMN di sektor pertambangan. Yang mana, perusahaan ini juga melihat peluang yang sama. Hendi Prio Santoso selaku Direktur Utama MIND ID menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar. Yang mana, potensi tersebut untuk menjadi penentu harga global bagi komoditas minerba dalam waktu dekat. Besarnya potensi sumber daya mineral dan batu bara di berbagai wilayah Indonesia memberikan dasar yang kuat bagi negara. Dalam hal ini, untuk memainkan peran tersebut di panggung internasional.
Hendi Prio Santoso juga menyampaikan harapan bahwa Indonesia akan segera menjadi penentu harga global komoditas minerba dalam waktu dekat. Yang mana, pernyataan ini di sampaikan dalam sebuah keterangan resminya. Hendi menjelaskan bahwa tujuan ini adalah salah satu fokus utama yang tengah di kejar oleh MIND ID Group. Untuk komoditas batu bara, Indonesia di kenal sebagai produsen terbesar di dunia. Di sisi lain, negara ini juga memiliki cadangan timah terbesar secara global. Walaupun Indonesia merupakan produsen utama batu bara. Namun, Hendi menyoroti bahwa ketergantungan kepada indeks yang di tetapkan oleh negara lain terahdap penetapan harga komoditas minerba. Padahal, menurut Hendi dengan kapasitas produksi yang di miliki Indonesia, seharusnya negara ini bisa memiliki pengaruh lebih besar dalam menentukan harga komoditas minerba dunia.
Kondisi serupa juga terjadi pada komoditas timah. Di mana Indonesia, belum memainkan peran utama dalam penetapan harga komoditas minerba sektor timah internasional. Mengingat negara ini memiliki cadangan timah yang sangat besar. Hendi mengusulkan bahwa Indonesia bersama dengan negara produsen besar lainnya seperti Tiongkok dan Peru, bisa meniru sebuah skema. Yang mana, skema tersebut telah di terapkan oleh OPEC dalam menetapkan harga.
Ketiga negara tersebut dapat bekerja sama untuk mengontrol pasokan dan harga komoditas minerba di pasar global. Tentunya melalui mekanisme yang mirip dengan OPEC. Sehingga, dapat menciptakan stabilitas harga komoditas seperti batu bara dan timah. Lebih lanjut, Hendi menjelaskan bahwa MIND ID Secara Aktif Melakukan Eksplorasi Sumber Daya dengan pendekatan yang agresif namun selektif. Yang mana, hal ini bertujuan untuk memastikan pengelolaan cadangan sumber daya alam di Indonesia di lakukan secara optimal. Selain itu, perusahaan ini juga fokus pada pengembangan kemampuan yang sudah ada. Dengan memperluas bisnis pengelolaan dan proses industrialisasi guna menambah value dari komoditas mineral yang di kelola. Tak hanya itu, MIND ID juga aktif menjalin kelompok strategik untuk memperkuat pengembangan bisnis baru. Sehingga, langkah ini di harapkan dapat memperkokoh posisi Indonesia dalam rantai pasokan global.
Hendi menambahkan bahwa kolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya telah di lakukan oleh MIND ID. Hal ini demi memastikan bahwa regulasi terhadap kuota produksi tidak melampaui batas. Yang mana, batas ini akan menjadi acuan bagi para pegiat industri tambang di Indonesia. Sehingga, negara dapat terbantu untuk selanjutnya dalam penentuan harga komoditas, khususnya sektor minerba secara lebih efektif. Di sisi lain, ini adalah bagian dari upaya perusahaan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan. Serta, meningkatkan kesejahteraan ekonomi nasional melalui pengelolaan sumber daya yang bijaksana. Hendi menutup pernyataannya dengan optimisme menjadi pemimpin pasar sebagai upaya MIND ID. Serta, penentu harga komoditas minerba global akan membawa manfaat yang besar bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
Di sisi lain, di sektor perbankan baik yang di kelola oleh negara maupun swasta tampaknya juga melihat potensi besar. Terutama dalam proyek hilirisasi komoditas minerba di sektor nikel yang di dorong oleh pemerintah. David Sumual selaku Kepala Ekonom BCA menjelaskan bahwa bank-bank menunjukkan minat besar untuk mendanai proyek-proyek hilirisasi nikel. Menurut David, perhatian ini terus meningkat seiring waktu.
Investasi perbankan dalam proyek hilirisasi komoditas minerba ini terus meningkat. Pernyataan tersebut di ungkapkan David saat berbicara dalam acara BCA Expoversary 2024. Ia juga melihat bahwa penurunan harga nikel di pasar global yang saat ini tengah terjadi justru Membuka Peluang Lebih Besar Bagi Indonesia. Yang mana, peluang tersebut untuk menarik investasi di sektor industri minerba. David menambahkan bahwa situasi ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk menjadi pemain dominan di pasar komoditas minerba nikel. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan kondisi ini. Sehingga dapat menjadi negara yang memimpin pasar minerba di sektor nikel dan produk turunannya. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa nikel tidak hanya penting sebagai bahan baku dalam produksi baterai untuk kendaraan listrik.
Selanjutnya, produk turunan nikel juga di gunakan dalam produksi stainless steel. Serta, berbagai barang yang berkaitan dengan energi baru terbarukan. Maka dari itu, ini yang menjadikan nikel sebagai komoditas minerba yang sangat strategis bagi masa depan industri global. Dengan peluang besar yang terbuka akibat kondisi pasar global, David tegas bahwa ia optimis. Yang mana, rasa optimis dirinya terhadap investasi hilirisasi di Indonesia akan semakin kuat di masa mendatang, khususnya dalam sektor nikel sebagai salah satu Komoditas Minerba.