Mantan Presiden Ghana John Dramani Mahama Berhasil Meraih Kemenangan Dalam Pemilihan Presiden Yang Di Gelar Pada 7 Desember 2024. Kemenangan ini terjadi setelah Wakil Presiden Ghana, Mahamudu Bawumia, secara resmi mengakui kekalahannya pada Minggu (8 Desember 2024). Pemilu yang berlangsung sehari sebelumnya tersebut masih belum mengumumkan hasil resmi. Namun, Mahama, yang merupakan anggota dari oposisi Kongres Demokratik Nasional (NDC), di pastikan unggul atas lawannya, Bawumia. John Dramani Mahama menjabat sebagai Presiden Ghana dari 2012 hingga 2017 sebelum kalah dalam pemilu sebelumnya. Selama masa jabatannya, ia di kenal dengan kebijakan-kebijakan pembangunan infrastruktur dan peningaktan sektor energi yang cukup signifikan. Setelah tidak lagi menjabat, Mahama kembali aktif di dunia politik, memimpin NDC dan menggencarkan kampanye untuk meraih kembali posisi puncak negara tersebut. Di sisi lain, Mahamudu Bawumia, yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden Ghana, maju sebagai calon presiden dalam pemilu kali ini.
Bawumia adalah kandidaat dari Partai Patriotik Baru (NPP), yang saat ini memimpin pemerintahan, dengan Presiden Nata Akufo-Addo sebagai tokoh utama. Sebagai calon presiden dari partai yang berkuasa, Bawumia banyak mengusung program ekonomi dan digitaliasai sebagai visi masa depan negara. Meskipun Mahama belum menerima hasil resmi, kemenangan ini menunjukkan dinamika politik yang terus berkembang di Ghana. Hasil pemilu ini juga menjadi peringata bagi pemerintah yang sedang berkuasa. Hal ini di tengah tantangan ekonomi dan sosial yang di hadapi negara tersebut.
Kemenangan Mahama mengisyaratkan perubahan besar dalam arah kebijakan yang mungkin akan di ambil jika ia kembali memimpin negara ini. Para pengamat politik pun melihat bahwa hasil ini akan mempengaruhi skalabilitas politik Ghana di masa depan. Hal ini mengingat ketatnya persaingan antara kedua kubu.
Mantan Presiden Ghana, Mahama, Menyambut Baik Tindakan Bawumia Yang Memprioritaskan Perdamaian Dan Stabilitas Negara
Mantan Presiden Ghana, Jogn Dramani Mahama, mengungkapkan bahwa Wakil Presiden Mahamudu Bawumia telah menghubunginya. Hal ini untuk mengucapkan selamat atas kemenangan yang di raihnya dalam pemilihan presiden. Dalam konferensi pers yang di adakan di kediamannya, Bawumia menjelaskan bahwa setelah hasil penghitungan suara internal dari Partai Patriotik Baru (NPP) menunjukkan kemenangan Mahama. Ia segera menghubungi mantan Presiden Ghana tersebut untuk menyampaikan ucapan selamat. Bawumia juga menyampaikan bahwa Kongres Demokratik Nasional (NDC) telah memenangkan pemilihan parlemen. Bawumia mengakui kekalahannya sebelum hasil resmi di umumkan untuk meredakan ketegangan yang berkembang. Sebelum pengumman resmi, beberapa laporan menyebutkan adanya perkelahian di beberapa pusat pemungutan suara lokal. Hal ini mengingat proses penghitungan suara masih berlangsung dan hasilnya belum sepenuhnya di kumpulkan. Bawumia menyadari bahwa situasi tersebut bisa menambah ketegangan dan berpotensi memicu kerusuhan lebih lanjut.
“Saya memberikan pidato pengakuan kekalahan ini sebelum pengumuman resmi oleh Komisi Pemilihan untuk mencegah ketegangan lebih lanjut. Serta, juga menjaga perdamaian di negara kita”, kata Bawumia, seperti di kutip dari Reuters. Keputusan Bawumia untuk mengakui kekalahannya sebelum hasil resmi keluar di anggap sebagai langkah yang bijaksana. Hal ini dalam menjaga stabilitas politik dan sosial di Ghana. Mantan Presiden Ghana, Mahama, Menyambut Baik Tindakan Bawumia Yang Memprioritaskan Perdamaian Dan Stabilitas Negara. Mahama menilai bahwa langkah tersebut menunjukkan komitmen Ghana terhadap proses demokrasi yang damai dan kredibel. Ia juga berharap dengan tindakan ini, kepercayaan komunitas internasional, khususnya investor global, terhadap Ghana sebagai negara yang stabil dan demokratis dapat tetap terjaga.
Bawumia berharap bahwa hasil pemilu ini akan memperkuat keyakinan dunia internasional bahwa Ghana adalah negara yang damai dan memiliki komitmen yang kuat terhadap demokrasi. Keputusan ini di harapkan mampu menginspirasi negara-negara lain untuk menjalankan proses pemilihan yang adil dan damai.
Keterlambatan Dalam Pengumuman Hasil Penghitungan Suara
Komisi Pemilihan Ghana menjelaskan bahwa Keterlambatan Dalam Pengumuman Hasil Penghitungan Suara di sebabkan oleh tindakan penghalangan yang di lakukan oleh pendukung dari kedua partai utama yang bersaing. Para pendukung tersebut menghalangi proses penghitungan suara. Hal ini yang membuat Komisi Pemilihan meminta bantuan polisi untuk mengosongkan tempat pemungutan suara agar proses tersebut dapat di lanjutkan dengan lancar. Laporan dari BBC menyebutkan bahwa meskipun warga Ghana berharap hasil pemilu di umumkan beberapa jam setelah pemungutan suara selesai, pemimpin komisi menyampaikan bahwa mereka memiliki waktu hingga 72 jam untuk menyelesaikan penghitungan dan mengumumkan hasilnya. Hal ini sambil meminta masyarakat untuk bersabar. Di tengah ketegangan yang meningkat, kantor Komisi Pemiihan di Damongo, sebuah kota di Ghana, di laporkan di hancurkan. Hal ini di duga sebagai bentuk protes oleh pendukung Kongres Demokratik Nasional (NDC) yang marah dengan keterlambatan pengumuman hasil pemilu.
NDC, yang di pimpin oleh mantan Presiden Ghana, John Dramani Mahama, menyatakan bahwa berdasarkan perhitungan internal mereka, Mahama memperoleh 56 persen suara. Hal ini mengalahkan Wakil Presiden Mahamudu Bawumia yang mendapat 41 persen. Meskipun hasil internal ini menunjukkan kemenangan bagi Mahama, komisi masih belum mengumumkan hasil resmi. Mantan Presiden Ghana, Mahama, yang kembali maju sebagai calon presiden dalam pemilu ini, mengungkapkan bahwa dirinya siap untuk merayakan kemenangan jika hasil resmi mengonfirmasi perhitungan internal NDC.
Namun, ia juga mengimbau para pendukungnya untuk tetap tenang dan menjaga perdamaian, sambil menunggun pengumuman hasil akhir dari Komisi Pemilihan. Mahama menekankan bahwa menjaga ketenangan dan stabilitas politik adalah prioritas utama. Di satu sisi, mengingat dampak yang lebih besar bagi negara. Presiden terpilih nantinya di jadwalkan di lantik pada 7 Januari 2025, yang menandai di mulainya periode kepemimpinan baru di Ghana.
Krisis Ekonomi Yang Paling Parah Dalam Satu Generasi
Pemilu di Ghana di adakan di tengah Krisis Ekonomi Yang Paling Parah Dalam Satu Generasi. Harga barang-barang pokok melonjak, mata uang lokal terdepresiasi, banyak pemuda kesulitan mendapat pekerjaan. Serta, juga warga menghadapi kesulitan besar dalam membayar utang. Dalam kondisi yang sangat sulit ini, Mahama memandang pemerintahan Wakil Presiden Bawumia sebagai kelanjutan dari kebijakan-kebijakan yang di nilai memperburuk keadaan ekonomi negara. Dalam kampanyenya, Mahama berjanji akan mengubah Ghana menjadi negara dengan ekonomi yang lebih kuat dalam waktu 24 jam jika terpilih kembali.
Namun, meskipun Mahama menjanjikan perubahan besar, selama masa kepresidenannya, Ghana juga menghadapi tantangan besar, seperti ekonomi yang lesu, pemadaman listrik yang sering terjadi, serta isu-isu terkait korupsi. Ghana, yang di kenal sebagai penghasil kakao terbesar kedua di dunia dan salah satu negara penghasil emas utama. Hal ini pada akhirnya terpaksa mencari bantuan internasional untuk menyelesaikan masalah ekonomi yang semakin dalam.
Pada tahun 2023, Ghana mencapai kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional IMF) untuk mendapatkan dana talangan sebesar 3 miliar dolar AS (sekitar Rp47,5 triliun). Kesepakatan ini di lakukan setelah Ghana gagal membayar sebagian besar utang internasionalnya. Meskipun ada upaya untuk memulihkan perekonomian, tantangan ekonomi yang di hadapi negara ini tetap sangat besar, dan banyak pihak yang berharap pemilu ini dapat membawa perubahan yang di butuhkan untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan stabilitas negara. Mahama, yang sebelumnya menjabat sebagai presiden, kini kembali berharap untuk memimpin Ghana ke arah yang lebih baik jika ia terpilih. Harapan besar kini terletak pada pemilu ini untuk membawa perubahan, dengan Mahama sebagai Mantan Presiden Ghana.