Dampak Malnutrisi Terhadap Ekonomi Indonesia Harus Di Perbaiki
Dampak Malnutrisi Terhadap Ekonomi Indonesia Harus Di Perbaiki

Dampak Malnutrisi Terhadap Ekonomi Indonesia Harus Di Perbaiki

Dampak Malnutrisi Terhadap Ekonomi Indonesia Harus Di Perbaiki

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Dampak Malnutrisi Terhadap Ekonomi Indonesia Harus Di Perbaiki
Dampak Malnutrisi Terhadap Ekonomi Indonesia Harus Di Perbaiki

Dampak Malnutrisi Menjadi Salah Satu Masalah Utama Yang Di Hadapi Oleh Banyak Negara Di Dunia Termasuk Indonesia. Baru-baru ini, pada 28 Desember 2024, Nutrition International merilis laporan kesehatan global yang memberikan gambaran jelas mengenai dampak malnutrisi, khususnya pada anak-anak, terhadap perekonomian suatu negara. Laporan ini menggunakan alat Cost of Inaction (COI), yang di kembangkan pada tahun 2023, dan di sempurnakan melalui kerja sama dengan Limestone Analytics. Laporan ini menyoroti berbagai isu serius yang di sebabkan oleh malnutrisi pada anak-anak, seperti stunting, berat badan lahir rendah, dan anemia. Ketiga masalah tersebut memiliki dampak langsung terhadap perkembangan fisik dan kognitif anak. Hal ini yang pada akhirnya mempengaruhi produktivitas generasi mendatang. Tidak hanya itu, dampak ekonomi dari malnutrisi juga sangat besar. Beban ekonomi yang di timbulkan oleh kondisi ini, seperti hilangnya potensi tenaga kerja yang produktif, meningkatnya biaya perawatan kesehatan, dan menurunya kualitas hidup masyarakat, sangat merugikan perekonomian nasional.

Alat COI yang di gunakan dalam laporan ini membantu mengukur kerugian ekonomi akibat kurangnya investasi dalam gizi. Dengan alat ini, negara-negara dapat lebih memahami sejauh mana malnutrisi berkontribusi terhadap ketertinggalan ekonomi mereka dan bagaimana investasi yang lebih besar dalam perbaikan gizi dapat membantu mengurangi kerugian tersebut. Dalam pengembangan alat ini, Pemerintah Kanada memberikan dukungan pendanaan. Hal ini dengan tujuan untuk membantu negara-negara di seluruh dunia mengevaluasi dampak ekonomi dari masalah gizi yang belum teratasi.

Penting bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk memperhatikan laporan ini sebagai peringatan akan urgensi masalah malnutrisi. Tanpa intervensi yang tepat dan investasi yang lebih besar dalam program-program gizi, dampak ekonomi yang di timbulkan oleh malnutrisi akan semakin sulit untuk di atasi. Hal ini menghambat perkembangan sosial dan ekonomi negara dalam jangka panjang.

Dampak Malnutrisi Berupa Stunting Memberikan Kerugian Ekonomi Signifikan Bagi Indonesia

Herrio Hattu, Country Director Nutrition International Indonesia, menjelaskan bahwa Dampak Malnutrisi Berupa Stunting Memberikan Kerugian Ekonomi Signifikan Bagi Indonesia. Setiap tahunnya, stunting mengakibatkan kerugian ekonomi hingga Rp472 miliar, setara dengan 2,2 persen dari Pendapatan Nasional Bruto (PNB). “Rata-rata, satu kasus stunting menyebabkan penurunan 10,8 poin IQ dan kehilangan 1,5 tahun masa pendidikan. Hal ini yang pada akhirnya berpengaruh pada penurunan produktivitas jangka panjang”, ungkap Herrio dalam wawancara dengan media pada Kamis, 9 Januari 2025, di Jakarta. Stunting merupakan salah satu bentuk nyata dari dampak malnutrisi yang menghambat pertumbuhan fisik dan kognitif anak-anak. Berdasarkan data terbaru tahun 2023, prevalensi stunting di Indonesia pada anak-anak di bawah usia lima tahun telah menunjukkan tren penurunan. Hal ini dari 34,6 persen pada tahun 2012 menjadi 31 persen pada tahun 2020. Meskipun terjadi penurunan, jumlah kasus baru stunting masih sangat tinggi, mencapai 1,383,549 setiap tahunnya.

Selain itu, total anak-anak di bawah lima tahun yang terdampak stunting di Indonesia mencapai 6,917,745. Dengan angka ini, Indonesia menempati posisi keempat di Asia Timur dan Pasifik untuk prevalensi stunting tertinggi, dari 22 negara yang di survei. Secara global, Indonesia berada di peringkat ke-29 dari 175 negara dengan angka prevalensi stunting tertinggi. Situasi ini mencerminkan perlunya intervensi seriu untuk mengatasi dampak malnutrisi, terutama pada anak-anak. Dampak malnutrisi seperti stunting tidak hanya mempengaruhi individu yang mengalaminya. Tetapi, hal ini juga perekonomian nasional secara keseluruhan.

Produktivitas generasi mendatang terancam, sedangkan biaya perawatan kesehatan meningkat akibat berbagai penyakit yang berhubungan dengan malnutrisi. Oleh karena itu, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya harus terus berupaya menekan angka stunting melalui program gizi yang terarah dan investasi dalam kesehatan anak. Dengan langkah ini, Indonesia dapat mengurangi kerugian ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Anemia Pada Anak

Anemia Pada Anak memberikan dampak ekonomi yang signifikan, yang sering kali kurang mendapat perhatian serius. Masalah ini di perkirakan mengakibatkan kerugian ekonomi tahunan hingga Rp63 miliar. Berdasarkan estimasi terbaru, prevalensi anemia di kalangan anak-anak Indonesia mencapai 38,4 persen. Angka ini di kategorikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai masalah kesehatan masyarakat dengan tingkat moderat. Hal ini yang memerlukan perhatian lebih dari berbagai pihak. Herrio Hattu menjelaskan bahwa penyebab anemia pada anak-anak tidak selalu terdokumentasi secara lengkap di setiap negara. Namun, di perkirakan antara 30 hingga 60 peren kasus anemia di sebabkan oleh defisiensi zat besi. Tingkat keparahan ini sangat bergantung pada prevalensi infeksi dalam suatu populasi. Dampak malnutrisi seperti anemia akibat defisiensi zat besi tidak hanya berakibat pada kesehatan fisik anak, tetapi juga mempengaruhi perkembangan kognitif mereka. Anak-anak yang mengalami anemia memiliki risiko penurunan kemampuan belajar yang signifikan. Hal ini yang pada akhirnya dapat mempengaruhi prestasi mereka di sekolah.

Selain itu, dampak malnutrisi berupa anemia juga menambah beban ekonomi bagi keluarga dan negara. Biaya perawatan kesehatan meningkat karena anak-anak yang menderita anemia sering kali membutuhkan pengobatan berulang dan pemantauan jangka panjang. Dalam skala yang lebih luas, produktivitas generasi mendatang dapat terhambat akibat berkurangnya potensi anak-anak ini untuk berkembang secara optimal. Dalam upaya menekan prevalensi anema, intervensi yang efektif di perlukan. Hal ini seperti pemberian suplementasi zat besi, edukasi gizi kepada orang tua, dan peningkatan akses terhadap makanan bergizi. Pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan harus bekerja sama untuk memastikan langkah-langkah ini dapat di implementasikan secara merata.

Mengatasi dampak malnutrisi seperti anemia bukan hanya soal meningkatkan kesehatan individu. Tetapi, hal ini juga investasi jangka panjang dalam kualitas sumber daya manusia. Dengan upaya yang berkelanjutan, Indonesia dapat mengurangi angka prevalensi anemia dan memperbaiki masa depan anak-anaknya. Hal ini sekaligus menekan kerugian ekonomi akibat masalah kesehatan ini.

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yang di definisikan oleh WHO sebagai berat badan bayi yang kurang dari 2,500 gram, memberikan dampak besar pada ekonomi dan kualitas sumber daya manusia. Menurut laporan dari Nutrition International, BBLR menanggung biaya ekonomi tahunan hingga Rp81 miliar. Dampak dari BBLR tidak hanya terlihat pada aspek kesehatan, tetapi juga pada produktivitas jangka panjang. Di perkirakan, setiap tahun terjadi 7,000 kematian akibat BBLR dan hilangnya total IQ sebesar 4,4 juta poin.

Di Indonesia, prevalensi BBLR telah menurun dari 10,5 persen pada 2012 menjadi 9,9 persen pada 2020. Namun, data terbaru menunjukkan bahwa setiap tahun terdapat 447,986 kasus baru BBLR. Indonesia kini menempati peringkat ke-14 dengan prevalensi BBLR tertinggi di wilayah Asia Timur dan Pasifik serta peringkat ke-116 di dunia.

Dampak malnutrisi seperti BBLR, Stunting, dan anemia pada anak menjadi masalah serius yang lebih dari sekadar persoalan kesehatan. Ketiganya berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi dan mempengaruhi kualitas hidup masa depan anak-anak Indonesia. Oleh karena itu, solusi yang tepat untuk mengurangi angka BBLR sangat penting agar generasi mendatang dapat berkembang secara optimal dan berkontribusi pada kemajuan bangsa. Penurunan angka stunting di Indonesia sangat penting untuk mengurangi Dampak Malnutrisi.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait