BeritaHarian24

Kumpulan Berita Harian Terbaru

Finance

Nilai Tukar Rupiah Menguat Imbas The Fed Potong Suku Bunga

Nilai Tukar Rupiah Menguat Imbas The Fed Potong Suku Bunga
Nilai Tukar Rupiah Menguat Imbas The Fed Potong Suku Bunga

NIlai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Mengalami Apresiasi Dengan Besaran 0,54 Persen Dalam Satu Tahun Terakhir Ungkap Menkeu Sri Mulyani. Yanag mana, apresiasi dari nilai tukar ini di sebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah kebijakan the Fed atau bank sentral Amerika Serikat yang memangkas suku bunga. Pemangkasan suku bunga tersebut dengan acuan sebesar 50 basis poin. Di mana, langkah tersebut di nilai sebagai salah satu pendorong penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada Senin, 23 September 2024, rupiah tercatat berada di level Rp15.195 per dolar AS berdasarkan data RTI. Selanjutnya, pada periode akhir Juli hingga awal September, kurs rupiah menunjukkan tren penguatan nilai tukar yang signifikan. Ia menyebutkan bahwa pada titik tertentu, nilai tukar rupiah berada pada Rp15.287 per dolar AS. Yang mana, hal ini memperlihatkan penguatan nilai tukar yang cukup ketat.

Sementara itu, Sri Mulyani juga menambahkan bahwa yield US Treasury tenor 10 tahun yang turun menjadi 3,74 persen dapat memberikan dampak positif. Terutama dalam menekan biaya pinjaman internasional. Penurunan yield US Treasury tenor 10 tahun ini di harapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Di sisi lain, Sri Mulyani mencatat adanya peningkatan aliran modal asing yang masuk ke Indonesia. Peningkatan tersebut terlihat dari aktivitas pembelian saham dan surat berharga negara. Pada bulan Agustus, arus modal yang masuk semakin meningkat. Serta, hingga 19 September aliran dana positif terus terjadi baik untuk surat berharga negara (SBN) maupun di sektor saham. Sri Mulyani menyatakan hal ini sebagai indikasi adanya perkembangan yang baik dalam pasar modal Indonesia.

Sementara itu, The Fed melalui Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) telah mengambil langkah signifikan dengan memangkas suku bunga pinjaman utamanya sebesar 50 basis poin. Yang mana, pemangkasan dengan besaran tersebut setara dengan setengah persen.

Berhasil Mengimbangi Penurunan Nilai Tukar Yang Terjadi Sebelumnya

Menkeu juga menekankan bahwa apresiasi ini merupakan respons atas depresiasi yang sempat terjadi sebelumnya. Yang mana, nilai tukar rupiah sempat terdepresiasi sekitar 5 persen. Dengan kata lain, apresiasi sebesar 0,54 persen yang terjadi selama setahun ini telah Berhasil Mengimbangi Penurunan Nilai Tukar Yang Terjadi Sebelumnya. Selain itu, Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa penurunan yield surat berharga negara (SBN) tenor 10 tahun yang kini berada pada 6,42 persen. Namun, hal ini akan berdampak positif terhadap anggaran pendapatan dan belanja negara. Penurunan ini akan mengurangi beban pembayaran utang negara, menurut Menkeu. Pergerakan yield SBN yang lebih rendah mengindikasikan adanya penurunan tensi pasar keuangan. Yang mana, hal ini tentu menjadi berita baik bagi APBN karena berpotensi menekan beban pembayaran utang dalam jangka panjang. 

Selanjutnya, kebijakan menurunkan suku bunga dana federal menjadi kisaran 4,75 persen hingga 5 persen. Yang mana, keputusan ini tidak hanya memengaruhi biaya pinjaman jangka pendek bagi bank komersial. Namun juga berdampak pada berbagai produk konsumen. Seperti kartu kredit, pinjaman kendaraam hingga hipotek.

Lebih lanjut, proyeksi dari para pejabat The Fed mengindikasikan bahwa kemungkinan akan ada penurunan suku bunga tambahan. Penurunan tersebut di prediksi sebesar satu poin persentase penuh pada akhir tahun 2025. Serta, penurunan lebih lanjut sebesar setengah poin pada tahun 2026. Dalam pernyataan setelah rapat FOMC, komite mengungkapkan keyakinan mereka bahwa inflasi mulai bergerak menuju target 2 persen secara berkelanjutan. Karena hal tersebut, mereka juga menilai bahwa risiko yang di hadapi untuk mencapai sasaran inflasi dan ketenagakerjaan kini berada dalam keseimbangan yang lebih baik. Komitmen ini di tegaskan oleh pernyataan FOMC yang di sampaikan setelah rapat kebijakan suku bunga. Yang mana ini telah di beritakan oleh CNBC International pada 19 September 2024 lalu.

Kebijakan Ini Bertujuan Untuk Memulihkan Stabilitas Harga

Jerome Powell selaku Ketua The Fed menambahkan bahwa Kebijakan Ini Bertujuan Untuk Memulihkan Stabilitas Harga. Yang mana, pemulihan ini tanpa menyebabkan lonjakan pengangguran yang menyakitkan yang kerap terjadi bersamaan dengan periode inflasi tinggi. Powell menjelaskan bahwa langkah tersebut merupakan bentuk komitmen kuat dari The Fed untuk mencapai target yang telah di tetapkan. Di sisi lain, FOMC juga mencatat adanya perlambatan dalam penambahan lapangan kerja. Yang meskipun tingkat pengangguran meningkat, tetap berada di angka yang rendah. Proyeksi tingkat pengangguran tahun ini di naikkan dari sebelumnya 4 persen oleh pejabat FOMC menjadi 4,4 persen. Sementara itu, perkiraan inflasi juga di turunkan dari sebelumnya 2,6 persen menjadi 2,3 persen. 

Dengan demikian, langkah The Fed ini merupakan upaya untuk menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi yang solid dan pengendalian inflasi tanpa mengorbankan stabilitas lapangan kerja. Serta, dampak yang mulai di rasa negara lain seperti Indonesia dengan nilai tukar mata uang yang semakin menguat. Keputusan The Fed untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin muncul meskipun sebagian besar indikator ekonomi menunjukkan kondisi yang cukup stabil. Yang mana, langkah ini menuai berbagai pandangan termasuk dari Tom Porcelli. Menurut Porcelli selaku ekonom di PGIM Fixed Income, ia menyatakan bahwa keputusan tersebut tidak berarti akan di ikuti oleh serangkaian penurunan lebih lanjut sebesar 50 basis poin. Menurutnya, banyak pelaku pasar mengasumsikan bahwa pemangkasan sebesar itu dapat di ikuti oleh penurunan serupa dalam waktu dekat. Namun, Porcelli menilai bahwa Jerome Powell secara efektif mematahkan asumsi tersebut dengan kebijakan ini.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen, menyambut positif langkah yang di ambil oleh The Fed. Yellen menilai pemangkasan suku bunga tersebut sebagai tanda baik bagi perekonomian AS. Dalam pernyataannya yang di kutip dari Channel News Asia pada 20 September 2024, Yellen mengatakan bahwa keputusan The Fed ini adalah sinyal positif bagi ekonomi terbesar di dunia. 

Inflasi Telah Menurun Secara Signifikan Dan Kini Bergerak Menuju Target

Pemangkasan suku bunga tersebut merupakan yang paling agresif sejak tahun 2020. Yang mana, ini mempengaruhi hampir keseluruhan nilai tukar mata uang tiap negara. Yellen menyampaikan apresiasinya sehari setelah kebijakan ini di umumkan. Yang mana, ia mencatat bahwa penurunan suku bunga menjadi bukti keyakinan The Fed. Yang mana, Inflasi Telah Menurun Secara Signifikan Dan Kini Bergerak Menuju Target dua persen. Menurut Yellen, langkah The Fed ini menunjukkan bahwa risiko yang terkait dengan inflasi telah berkurang drastis. Ini menjadi alasan penguatan nilai tukar yang terjadi di Indonesia. Di sisi lain, ia juga menyoroti bahwa kondisi pasar tenaga kerja AS tetap kuat. Ia menambahkan bahwa keberhasilan menurunkan inflasi tanpa mengorbankan stabilitas pasar tenaga kerja merupakan sesuatu yang sedang terjadi pada ekonomi AS saat ini. Yang mana, Soft landing mengacu pada kemampuan menahan perlambatan ekonomi tanpa menyebabkan resesi atau peningkatan pengangguran yang signifikan.

Lebih lanjut, proyeksi para pejabat The Fed menunjukkan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar satu poin persentase penuh pada akhir tahun 2025. Serta, penurunan setengah poin lagi pada tahun 2026. Meskipun demikian, FOMC juga mencatat adanya perlambatan dalam penambahan lapangan kerja. Serta peningkatan tingkat pengangguran meskipun angka pengangguran masih berada pada level yang relatif rendah. Dengan demikian, langkah penurunan suku bunga oleh The Fed ini mencerminkan optimisme yang hati-hati. Yang mana, inflasi di anggap mulai terkendali tanpa mengganggu kinerja pasar tenaga kerja secara signifikan serta dampak terhadap dunia terhadap mata uang dan Nilai Tukar.