Tarif Tol Tinggi Sebabkan Mahalnya Logistik
Tarif Tol Tinggi Sebabkan Mahalnya Logistik

Tarif Tol Tinggi Sebabkan Mahalnya Logistik

Tarif Tol Tinggi Sebabkan Mahalnya Logistik

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Tarif Tol Tinggi Sebabkan Mahalnya Logistik
Tarif Tol Tinggi Sebabkan Mahalnya Logistik

Tarif Tol Tinggi Menjadi Salah Satu Isu Utama Yang Di Keluhkan Oleh Banyak Pelaku Usaha Logistik Di Indonesia. Meskipun pembangunan jalan tol yang di lakukan secara masif oleh pemerintah dalam beberapa tahun terakhir telah membawa manfaat besar bagi kelancaran arus logistik darat. Di satu sisi, tingginya tarif tol menjadi tantangan yang tidak dapat di abaikan. Kebijakan infrastruktur ini bertujuan untuk mempercepat konektivitas antarwilayah dan meningkatkan efisiensi distribusi barang. Tetapi, di sisi lain, biaya penggunaan jalan tol yang tinggi justru membebani sektor logistik. Sejak tahun 2016, pemerintah secara agresif mengembangkan jaringan jalan tol sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN). Pada awalnya, panjang jalan tol di Indonesia hanya 1,117 kilometer. Namun, dalam tujuh tahun, panjangnya meningkata signifikan menjadi 2,816 kilometer pada 2023. Perluasan ini memberikan dampak positif, seperti penghematan bahan bakar dan perawatan kendaraan. Karena, kendaraan dapat berjalan pada kecepatan yang stabil di jalan tol.

Namun, tarif tol yang di anggap mahal oleh para pelaku logistik menjadi hambatan besar. Menurut Eva Novi Karina, Peneliti Senior Tenggara Strategics, tarif ini berdampak negatif pada biaya operasional yang harus di tanggung oleh para pelaku usaha. Dalam Konferensi Pers Optimalisasi Penurunan Biaya Logistik Darat untuk Mendukung Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen yang di gelar pada Jumat, 22 November 2024. Eva menyatakan, “Infrastruktur jalan tol memang terbukti membantu pengurangan biaya operasional, tetapi tarif tol yang tinggi tetap menjadi salah satu tantangan utama”.

Keberadaan jalan tol sebenarnya memberikan solusi untuk efisiensi distribusi barang. Terutama, dengan mempercepat waktu pengiriman dan menurunkan risiko kerusakan barang akibat kondisi jalan yang buruk. Namun, jika tarif tol tidak di imbangi dengan manfaat ekonomi yang signifikan, beban biaya ini dapat mempengaruhi daya saing sektor logistik secara keseluruhan.

Tarif Tol Tinggi Menjadi Kendala Nyata Bagi Perkembangan Volume Pengangkutan Barang Melalui Jalur Darat

Pemerintah telah memprioritaskan pembangunan dua infrastruktur jalan tol utama, yaitu Jaringan Tol Trans Jawa dan Trans Sumatra. Kedua jaringan ini bertujuan untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah serta mempercepat distribusi barang. Namun, bagi para pelaku logistik, penggunaan jaringan tol ini tidak selalu menjadi pilihan utama. Salah satu alasannya adalah tarif tol tinggi yang di rasa memberatkan. Terutama, untuk pengangkutan barang dalam skala besar. Biaya penggunaan jalan tol yang cukup mahal memaksa sebagian pelaku logistik mencari alternatif jalur transportasi. Jalur konvensional, seperti jalur pantura di Pulau Jawa, kerap menjadi opsi lebih ekonomis bagi banyak pihak. Meskipun jalur ini sering kali lebih lambat dan padat, biaya operasional yang lebih rendah di anggap cukup untuk mengimbangi kerugian waktu. Kondisi ini menunjukkan bahwa Tarif Tol Tinggi Menjadi Kendala Nyata Bagi Perkembangan Volume Pengangkutan Barang Melalui Jalur Darat.

Menurut Eva Novi Karina, Peneliti Senior di Tenggara Strategics, banyak pelaku logistik memilih jalur pantura di bandingkan masuk ke Jaringan Tol Trans Jawa karena tingginya biaya. “Tol Trans Jawa di anggap sangat mahal, sehingga beberapa pelaku logistik lebih memilih jalur konvensional. Akibatnya, peningkatan volume kargo di transportasi darat menjadi terbatas. Serta, juga tidak mampu mengikuti tren pertumbuhan infrastruktur jalan tol yang ada di Indonesia”, jelas Eva.

Fenomena ini menyoroti pentingnya evaluasi kebijakan tarif tol oleh pemerintah. Jika tarif tol tinggi terus menjadi kendala, infrastruktur yang telah di bangun dengan biaya besar mungkin tidak akan di gunakan secara optimal oleh pelaku usaha. Pemerintah perlu mempertimbangkan penyesuaian tarif agar lebih terjangkau. Sehingga, jaringan tol dapat mendukung efisiensi logistik secara menyeluruh. Selain itu, penyesuaian ini juga berpotensi mendorong pertumbuhan volume pengangkutan barang melalui tol. Di satu sisi, mendukung visi awal pembangunan infrastruktur tersebut, yaitu memperkuat perekonomian nasional melalui konektivitas yang lebih baik.

Menjadi Hambatan Bagi Banyak Pelaku Logistik

Menurut laporan yang di rilis pada 2019, biaya yang harus di keluarkan untuk truk golongan V ketika melawati Tol Trans-Jawa dapat mencapai lebih dari Rp 1 juta sekali jalan. Tarif tol tinggi ini menyebabkan banyak pelaku angkutan darat memilih untuk menggunakan jalur nontol. Hal ini seperti jalur nontol, seperti jalur pantura, meskipun jalur tersebut lebih lambat dan padat. Meskipun begitu, jalur konvensional menawarkan biaya operasional yang lebih rendah jika di bandingkan dengan menggunakan jalan tol. Keputusan untuk memilih jalur nontol ini semakin di perkuat. Hal ini oleh fakta bahwa biaya tinggi untuk menggunakan Tol Trans-Jawa mempengaruhi efisiensi biaya logistik. Eva Novi Karina, Peneliti Senior Tenggara Strategics, mengungkapkan bahwa perbandingan tarif tol antara Indoensia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya menunjukkan bahwa tarif tol tinggi di Indonesia termasuk yang tertinggi. “Hal ini dapat di mengerti mengingat luasnya Tol Trans-Jawa yang membentang Merak hingga Banyuwangi.

Cakupan jalan yang sangat luas ini tentu membutuhkan biaya pemeliharaan yang lebih besar. Di satu sisi, ini yang pada akhirnya berdampak pada tingginya tarif tol yang di kenakan”, jelas Eva. Selain itu, Eva juga menambahkan bahwa Jasa Marga, sebagai pengelola Tol Trans-Jawa. Di satu sisi, menghadapai tantangan besar dalam menyeimbangkan biaya operasional dan pemeliharaan dengan pengembalian investasi yang harus di penuhi. Meskipun infrastruktur jalan tol memberikan banyak manfaat dalam meningkatkan efisiensi perjalanan, terutama dalam mengurangi waktu tempuh dan meningkatkan kapasitas transportasi, tarif tol tinggi yang di kenakan Menjadi Hambatan Bagi Banyak Pelaku Logistik.

Dengan adanya ketidakseimbangan antara biaya operasinal dan manfaat yang di peroleh dari penggunaan jalan tol, pemerintah dan pihak pengelola jalan tol perlu mempertimbangkan kebijakan tarif yang lebih terjangkau. Penurunan tarif tol tinggi dapat menjadi solusi untuk mendorong lebih banyak pelaku logistik menggunakan jalur tol. Hal ini yang pada gilirannya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan efisiensi sistem logistik nasional.

Di Yakini Tidak Memberikan Dampak Signifikan

Seperti yang telah di laporkan sebelumnya, perbedaan tarif tol antara kendaraan logistik dan non-logistik Di Yakini Tidak Memberikan Dampak Signifikan dalam upaya menurunkan biaya logistik di Indonesia. Hal ini di sebabkan karena kontribusi tarif tol tinggi terhadap total biaya logistik relatif kecil. Menurut Sugi Purnoto, Senio Consultant dari Supply Chain Indonesia (SCI), biaya tol hanya berkontribusi sekitar 5 hingga 10 persen dari keseluruhan biaya logistik. “Yang paling besar itu adalah biaya bahan bakar solar”, ujarnya dalam wawancara dengan media pada 16 Januari 2024.

Sugi menjelaskan bahwa bahan bakar solar berkontribusi hingga 25 hingga 50 persen terhadap biaya logistik nasional. Namun, ia juga menambahkan bahwa angka tersebut bisa lebih tinggi, karena kondisi di lapangan seringkali tidak sesuai dengan perhitungan standar. “Tergantung pada konsumsi bahan bakar, jarak tempuh, dan faktor lainnya, rata-rata kontribusi biaya solar memang lebih besar”, kata Sugi. Dengan demikian, meskipun tarif tol tinggi memberikan beban tambahan, faktor utama yang perlu di perhatikan dalam menurunkan biaya logistik adalah pengelolaan biaya bahan bakar. Hal ini yang memegang peranan lebih signifikan dalam total biaya yang di keluarkan oleh para pelaku logistik. Penting untuk fokus pada pengelolaan biaya bahan bakar agar dampak bisa di minimalkan, terutama akibat Tarif Tol Tinggi.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait